Hormatku untuk Munir


Tanggal 8 Desember bulan ini merupakan kenangan untuk Munir. Selain hari kematiannya pada 7 september 2004 silam, ulang tahun munir juga memiliki nilai sejarah tersendiri. Andai ia masih hidup, sekarang usianya 47 tahun.
Munir, bagi saya, Ia seorang anak bangsa yang luar biasa hebat. Sebagai mahasiswa dan aktivis di Semarang, saya pun merasa ikut “dekat” di hati karena Munir pada awal-awal saya kuliah di Undip tahun 1996, Munir merupakan aktivis Lembaga Bantuan Hukum (LBH) di Semarang. Kala itu belum terlalu terkenal.

Tapi dua tahun kemudian nama Munir merupakan penghias televisi sore sebagai maskot pejuang demokrasi dan HAM. Pada era politik 1998 hingga kematiannya, 2004, Munir adalah salah seorang ruh penggerak kemanusiaan terpenting di Indonesia. Otaknya cerdas, bicaranya lugas, keberanian tiada tara.
Kalau saat ini kita sedang menggali manusia-manusia berkarakter di indonesia, maka jangan ragu memilih Munir sebagai inspirasi, sebagai guru teladan hidup yang baik. Hidup sederhana, jiwa lapang dan kecendekiawanan yang luhur. Ia jadikan ilmu sebagai cara dia berjuang. Ia jadikan hati-nuraninya sebagai ruh hidup untuk kemaslahatan kemanusiaan.
Menjadikan gerak hidupnya penuh dengan pembelaaan pada orang-orang teraniaya. Melawan kezaliman dengan sikap berani, walau akhirnya ia harus tragis mati karena ulah manusia yang tak bertanggungjawab.
Kita pertegas dalam hati yang terdalam. Munir tidak mati. Ia hidup dalam jiwa kita, yang senantiasa butuh spirit untuk menegakkan etos hidup yang mulia, memanusiakan manusia.
Hormatku Padamu Munir. Engkau hidup di jalan baik, menuju keabadian yang baik.

Fuad Hidayat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar