Literasi untuk Temanggung


Perpustakaan Keliling & Koran Dinding untuk Masyarakat Desa
Literasi, qira'ah, atau kegiatan membaca adalah wujud kegiatan manusia modern. Maju mundurnya masyarakat bisa dilihat dari tinggi-rendahnya minat baca. Karena itu, sebuah masyarakat yang tertinggal dalam urusan membaca seperti Indonesia membutuhkan gerakan yang tepat, khusus dan mendasar.
Maka, untuk memudahkan akses bacaan, pemerintah harus kreatif jemput bola dengan memberikan layanan bacaan kepada masyarakat.
Kabupaten Temanggung, sebagaimana kabupaten daerah lain untuk urusan membaca tak jauh-jauh terpuruknya. Tetapi Temanggung secara khusus pernah memiliki secara yang unik dari sisi gerakan membaca. Jauh di masa lalu, seorang Bupati bernama lengkap Raden Mas Adipati Ario Tjokroadikoesoemo, atau yang disebut Cokro Adikusumo merupakan aktivis dan pendiri pergerakan Organisasi Sangka Purnama, salah satu organisasi cikal bakal Organisasi Pergerakan Boedi Oetomo yang diprakarsai Doktor Wahidin Sudirohusodo. Bupati yang satu ini dikenal kutu buku dan memiliki koleksi bacaan paling banyak di Pulau Jawa di era 1905 hingga 1923.
Tetapi malang, kecerdasan sang Bupati ini tak berlanjut pada bupati-bupati penerusnya. Barulah ketika Hasyim Afandi memenangkan Pilkada tahun 2008 lalu, greget untuk kegiatan membaca mulai hidup lagi. Bupati Hasyim mendirikan perpustakaan megah di sekitar kawasan wisata Taman Kartini Temanggung.
Namun harus diakui, stimulus gerakan membaca ini juga dipicu oleh beberapa kegiatan para aktivis muda Temanggung sebelumnya, dengan munculnya buletin Stanplat, Buletin Lontar (segmen para guru), dan juga kegiatan-kegiatan perbukuan seperti pameran serta kegiatan para perantau yang peduli pada pengembangan perpustakaan kecil di sekolah-sekolah.
Lepas dari itu, gerakan tersebut kemudian dirasakan membutuhkan kemajuan yang lebih cepat dan menyasar ke lapisan masyarakat. Pasalnya, perpustakaan di pusat kota tak bisa melayani kebutuhan banyaknya masyarakat. Orang desa sulit mengakses. Lain dari itu, sekalipun layanan perpustakaan sudah sangat bagus, tetapi pasokan buku juga belum banyak, bahkan jenis-jenis buku baru tak singgah ke perpustakaan megah ini.
Melihat situasi tersebut, penting kiranya gerakan literasi diperluas sampai ke desa. Hasil saya berdiskusi dengan teman-teman Kelompok Kerja (POKJA) Derap yang banyak mendorong saya untuk ikut kontestan Pilkada 2013 mendatang merekomendasikan beberapa langkah konkret berupa amanat yang wajib dilaksanakan.
Pertama, menyebarkan virus kegiatan membaca di kalangan SD. Bentuknya adalah menambah jumlah buku yang pas dan cocok untuk siswa SD. Jangan sampai buku-buku yang dibantu nantinya ketinggalan zaman dan tidak cocok. Harus selektif. Kedua, untuk Siswa SMP, SMA dan juga untuk umum, perpustakaan harus masuk ke setiap kecamatan dengan layanan khusus.
Jika sulit mendirikan perpustakaan umum tiap kecamatan (sehingga harus membiayai dan mengelola berjumlah 20), maka solusinya ialah membuat perpustakaan berjalan dengan menyediakan mobil keliling dengan jumlah yang menjangkau sekitar 150an sekolah, terdiri dari sekolah SMP dan SMA baik swasta maupun negeri. 
Inspirasi: Perpustakaan Keliling di Australia
Dalam hal ini, mendirikan memang mudah, tetapi pengelolaan dan pemantauan harian harus dilakukan secara serius dan berkelanjutan. Karena itu rekomendasi terpenting ialah menyiapkan tenaga pelayan berlatar-belakang perpustakaan yang hobi buku dan memiliki semangat untuk menggerakkan literasi, juga disertai pelayan sopir sekaligus asisten pembantu pengelola.
Langkah ini bisa jadi agak sulit. Namun jika memang telah disadari menjadi kebutuhan dasar dan wajib ditegakkan, mau tidak mau harus dilakukan. Sebab, hanya dengan cara itulah gerakan pencerahan untuk masyarakat desa bisa berjalan. Usaha memajukan perpustakaan seperti itu perlu mendapat dukungan dari setiap pihak. Jangan sampai kegiatan hanya menjadi proyek yang sia-sia belaka. Karena itu, sebagai kandidat yang membawa amanat dari kalangan kaum muda cerdas di Temanggung, saya sangat antusias melakukannya.
Di luar urusan perpustakaan, warga non sekolah juga perlu mendapat perhatian khusus untuk urusan informasi. Jika kepingin membaca buku, bisa ikut meminjam di sekolah-sekolah yang pada hari tertentu akan dikunjungi mobil perpustakaan tersebut. Tetapi untuk setiap hari, masyarakat bisa membaca koran melalui papan dinding untuk memasang koran di Balai Desa yang banyaknya mencapai 289.
Akhirul kalam, pada akhirnya gerakan literasi seperti itu merupakan langkah yang lebih cepat untuk memajukan masyarakat daripada sekadar berperang melawan buta huruf semata. Urusan buta huruf bisa diselesaikan dengan cara lain, tetapi menaikkan derajat intelektualitas insan Indonesia agar berpikir maju, harus dengan cara kreatif. Maju Lebih Cepat untuk menjadi kaum cendekia. []
Fuad Hidayat.
Catatan ini dirangkai dari diskusi bersama teman-teman muda Kelompok Kerja (Pokja Derap) Temanggung yang menginginkan terobosan Temanggung Maju Lebih Cepat)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar