Akrab Merakyat
Lebih dekat
dengan Drs. Andoyo.
Calon Wakil
Bupati Temanggung 2013
Berpasangan
dengan kandidat bupati Fuad Hidayat.
Drs. Andoyo, lahir di Yogyakarta, 28 Maret
1962. Sosok yang dikenal akrab dengan rakyat desa ini
melewati masa pendidikannya di SDN Kauman Parakan, lulus 1973, SMPN I Temanggung, lulus 1976, SMA N I Temanggung
Lulus 1980. Lulus SMA, ia melanjutkan
kuliah Fakultas
Sastra Jurusan Sejarah Universitas Diponegoro (Undip), lulus 1989.
Dulu Andoyo ingin sekolah di Fakultas kedokteran
karena pingin jadi dokter. Tetapi karena biaya tinggi, ia memilih mengambil
Fakultas Sastra di Undip. “Murah yang penting bisa sekolah di luar Temanggung.
Merantau itu penting untuk menghasilkan pengalaman hidup.”
Saat kuliah ia sambil bekerja. “Saya tidak mau
merepotkan orang tua. Pingin mandiri juga. Karena itu sambil kuliah saya kerja.
Kerja apa saja tidak gengsi. Kuli panggul di pelabuhan pernah, kerja
administrasi pernah. Mungkin karena itu juga kemudian saya mendapat simpati
dari ibu kost. Saya macari anak ibu
kost, terus saya lamar kok diterima.
Haha…..” ujarnya tertawa lepas.
Pribadi yang humoris dan mudah gaul ini pernah tinggal
di Semarang lebih dari 19 tahun. Pengalaman hidupnya di kota membuatnya berpikir
terbuka menyerap berbagai pengalaman dan pergaulan. Tetapi pada suatu saat,
ayahnya sakit-sakitan. Ia tergerak harus merawat orangtuanya. Pulang kembali ke
kampung halamannya. Pindah dari kota besar ke desa menyadarkan Andoyo merasa
harus hidup dengan pola yang lain.
Ia gauli warga desa. Pengalamannya merantau ia
tularkan kepada tetangga dan teman-teman lamanya. Sikap akrabnya dengan masyarakat, didukung
oleh keluarganya yang memiliki pengaruh luas membuat Andoyo didorong teman-temannya
maju mengikuti Pemilihan Kepada Desa dan menjadi Kepala Desa Tegalroso
(1999-2007). Ia terpilih dengan kerja keras bersama teman-temannya, tetapi
hanya keluar sedikit uang. Itu pun uang hasil sumbangan dari kerabat dan
tetangganya.
Sampai pada periode selanjutnya, ia tak kesulitan
mendapatkan simpati warga dan melanjutkan kepemimpinan untuk kedua kalinya,
(2007-2013). Bahkan pada pemilihan keduakalinya, ia nyaris tak keluar biaya.
“Saya justru baten gula teh seabrek
karena banyaknya sumbangan yang masuk haha….”ujarnya terkenang. Kala itu Andoyo
mendapat 96% suara. Sisanya, 4 %, memilih kotak kosong karena tidak ada
kandidat lain.
Andoyo adalah putra kedua dari Bapak Prowoto dari
Nguwet Kranggan yang menikahi Hj. Siti Susanti, seorang perempuan Desa
Padureso. Kakaknya, Dra. Ismaini, tinggal di Jakarta. Adiknya, Erna Listiyarti,
tinggal di Kebonsari Temanggung. Suami dari Gayatri
Palupi (50 tahun) ini memiliki tiga anak, Aldila
Wikan L (26), Ardhana Riswari (24), Laksmi Candra Diptya (13).
Dulu ayahnya mengajar di Sekolah Teknik Negeri (STN)
Temanggung, tahun 1970. Lalu pindah tugas tahun 1974 di Kandangan, sebagai
Kepala SMPN Kandangan hingga tahun 1980.
Selain menjabat sebagai kepala desa, ia juga aktif
sebagai ketua Organisasi Paguyuban Kepala Desa dan Perangkat
Desa “Mangku Praja” Kabupaten Temanggung 2007-2013. Ia juga peduli pendidikan dengan aktif mengurus
Madrasah Ibtida’iyah (MI) Desa Tegalroso, sebagai penasehat Yayasan.
Andoyo kini didukung maju sebagai kandidat Wakil
Bupati Temanggung melalui Partai Gerindra Temanggung mendampingi sosok muda
Fuad Hidayat. Ditanya alasan maju mendampingi Fuad Hidayat, ia menjawab, “saya
ingin kontribusi untuk Temanggung. Mendampingi Mas Fuad itu bukan tanpa alasan.
Saya memilah dan mimilih secara serius karena Mas Fuad sangat jelas orientasi
politiknya,”ujarnya lugas.
Seperti Fuad Hidayat, sosoknya mudah akrab dan mau
mendengarkan banyak masukan. Setiapkali diskusi dengan masyarakat atau rapat
dengan relawan misalnya, ia banyak mendengar dan serius menjadikan diskusi
sebagai sarana tukar pengetahuan.
Sikapnya yang terbuka dan supel inilah yang membuat
dirinya mendapat banyak dukungan. “Belakangan ini saya merasa terharu. Ternyata
karena saat menjadi kepala desa saya ikhlas melayani masyarakat, sekarang
mereka membalas tanpa pamrih. Sampai-sampai ada yang mrengut gara-gara saya belum memberi tahu kalau akan daftar ke KPU.
Alhamdulillah, saya bisa murah kampanye karena partisipasi masyarakat,”
ungkapnya.
Andoyo memang keturunan priyayi, tetapi priyayi yang
merakyat. Sekalipun ia seorang kepala desa dan dari keluarga terpandang, Andoyo
tak tanggung-tanggung ikut kerja bakti, bahkan menggotong mayit ke liang kubur
pun biasa ia lakukan. “Buat saya kepemimpinan itu harus bergerak bersama.Tidak
bisa kita main suruh tanpa memberi contoh,” ujarnya.
Apa target Andoyo dalam masa kampanye ini?
“Saya ingin menang dengan kerja keras, tidak curang
dan tidak banyak biaya. Doakan, dukung dan bantu kami untuk memajukan
Temanggung lebih cepat,” jelasnya. Menurut Andoyo, kerja keras dalam kampanye
itu penting untuk menunjukkan keseriusan dalam pengabdian,” jawabnya. Andoyo
berprinsip, kalau sudah jadi wakil bupati ia tidak lagi wakilnya relawan, bukan
juga wakilnya Gerindra atau wakilnya dari Paguyuban Kepada Desa.
“Saya harus tulus untuk niat pengabdian ini, apalagi
saya mendapat kehormatan didukung oleh tokoh-tokoh baik di Temanggung. Ini
kesempatan terbaik untuk pengabdian saya kepada masyarakat Temanggung.”[AHP]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar