Agus Mufrodi
Jumat, 15 Maret 2013 (pukul 19:00-20:00
Tema: “Peranan Kiai menjelang Pilkada Temanggung
2013.”
Sahabat Fast
FM, kembali malam ini kami hadir dalam diskusi interaktif menyambut Pemilukada
Temanggung 26 Mei 2013. Kali ini kita mengambil tema “Peranan Kiai menjelang
Pilkada Temanggung 2013.”
Tema
ini sangat penting mengingat kiprah para kiai, baik kiai sebagai pengasuh
pondok pesantren maupun pengurus jamaah atau mubalig memang memiliki pengaruh
yang luas di masyarakat, khususnya di kalangan umat Islam. Di antara peranan
itu ialah kekuatan basis massa, dan juga nilai tawar yang penting dalam
hubungan antara kiai dan kandidatnya.
Nah,
kali ini saya menghadirkan nara-sumber utama, bapak Agus Mufrodi.
Beliau
seorang putra Terkemuka dari Pingit Pringsurat. Masyarakat di sekitar Pringsurat
mengenal almarhum Mbah Kiai Haji Sumeru Abdul Hamid. Pada era 1980an hingga
1990an masyarakat Temanggung dan kawasan magelang utara, terutama Grabag
mengenal beliau sebagai kiai karismatik. Sampai sekarang pesantren Tahfid
al-Quran-nya masih ada, diteruskan oleh putra-putranya. Dan salahsatu putranya
adalah beliau ini. Mas Kiai Agus, saya panggil begitu saja. Beliau sangat low
profile, tidak menampakkan diri sebagai kiai. Bahkan lebih suka disebut petani
biasa….
Narasumber
kita ini tinggal di sekitar Pasar Pingit. Mengelola Agribisnis, dan juga
mengelola urusan pesantrennya. Beliau lulusan dari berbagai pesantren. Pernah
nyantri di Payaman, di pesantren Ridlo Allah Kaloran Temanggung, meguru pada
Alm Simbah K.H Muhammad Washil, juga pernah nyantri di Payaman, juga pesantren
Ploso Kediri, dan banyak pesantren lain.
Mas Agus, terkait dengan tema malam kali ini
sebenarnya apa sih peranan kiai dalam urusan masyarakat secara umum?
Ya
terimakasih, selamat malam. Ini merupakan kehormatan bagi saya berbicara. Saya
harus memulai dari hal yang paling sulit sebenarnya. Kalau pertanyaan seperti
ini maka yang maju bukan ilmu fikih atau ilmu sufi, tapi ilmu sosiologi. Dan
saya bukan orang akademisi, hehee… Tapi oke lah. Mengingat kewajiban santri itu
harus banyak tahu, setidaknya saya bisa mempelajari masalah sosiologi secara
ototidak, dan sekadar menjawab peranan kiai sebenarnya tidak sulit. Pertama, kiai itu adalah guru ngaji.
Kalau ada kiai yang tidak mau mengajar itu tentu dipertanyakan kekiaianya. Kedua, dia juga sebagai pemimpin
kultural masyarakat. Kata kultur ini membedakan dengan pemimpin formal
organisasi atau birokrasi. Ketiga,
seorang kiai juga harus mampu memerankan dirinya sebagai perantara atau broker.
Tapi broker dalam pengertian positif lho?
Apa itu?
Ya, maksudnya
ia harus menjadi pelayan, atau perantara antara masyarakat yang berkepentingan
kepada pihak yang bisa memberikan pertolongan atau pelayan. Misalnya, Anda
sebagai kiai, anda akan dituntut oleh masyarakat untuk menolong banyak hal,
misalnya saat mereka sakit anda juga harus bisa melayani, ada orang punya
masalah keluarga anda harus bisa menjawab, dan seterusnya, termasuk ketika ada
masalah politik, seorang kiai harus bisa mengarahkan peranan politik warga
secara tepat, baik dan benar-benar menjadi panutan….
Ya, kalau begitu menurut Anda sebenarnya kiai juga
boleh berpolitik?
O, harus.
Tidak ada larangan. Yang dilarang adalah berpolitik tidak baik.
Apa yang baik dan tidak baik itu?
Ukurannya, ya
kebaikan publik. Misalnya, dalam pilkada temanggung ini, seorang kiai harus
mahir memilih kandidat yang baik, atau katakanlah yang paling baik dari yang
jelek, dan juga berani bersikap. Kalau alasannya di luar idealisme seperti
uang, karena dibantu umroh haji atau difasilitasi kendaraan lalu mengarahkan
jamaahnya untuk memilih itu jelas tidak baik. Kaidah politik demokrasi, yakni
etika demokrasi sendiri menentang itu, apalagi kaidah siyasah.
Oke, saya paham. Artinya seorang kiai memang harus
bersikap?
Betul. Jangan
sampai tidak bersikap. Golput pun sikap, sekalipun sebenarnya tidak tepat
karena demokrasi memberikan kesempatan secara bebas.
Kenapa tidak boleh golput?
Bukan tidak
boleh mas, tapi kita tahu golput ini sekalipun menang tetap tidak bisa berkuasa.
Mending seorang kiai sebagai tokoh bersikap realistis. Ikut partisipasi dan
mendorong partisipasi warga dengan cara yang kritis, tepat dan bijaksana.
Bagaimana yang bijaksana itu?
Misalnya
begini. Ayo kita semua memilih. Itu ada beberapa pilihan. Anda ketahui sebelum
memilih. Mana kandidat yang pas untuk Anda.
Tapi kalau begitu caranya tidak semua masyarakat
bisa membedakan yang baik dan yang buruk lho?
Bisa. Asalkan
kandidat itu sendiri memberikan penjelasan secara luas. Misalnya
program-program dijelaskan, sikap politiknya diperjelas, komitmennya untuk
rakyat dipertegas.
Apakah itu terjadi di Temanggung?
Ya, itulah
problem kita. Para kandidat lebih sibuk urusan loby politik di antara para elit
dan lupa rakyat. Kecuali kandidat Fuad hidayat yang sejak awal memang memiliki
komitmen mendengar dan bicara kepada rakyat secara langsung.
Ohya, memang, kita ketahui selama ini Mas Fuad
hidayat sering menyebarkan ide-idenya melalui buletin, sang Pelopor, dan juga
banyak bertemu rakyat. Apakah itu cukup baik?
Ya, itu yang
paling ideal. Kandidat eksekutif itu harus membuat program yang jelas dan
secara gentle disebarkan ke masyarakat. Dengan begitu masyarakat bisa menilai.
Kalau cuma jual tampang di bawah pohon atau belanja baliho mewah itu namanya
pencitraan saja. Rakyat bisa bosan dan sebal dengan hal seperti itu. Saya mendukung
Fuad hidayat juga karena alasan rasional. Sampai detik itu pun saya tidak
bertemu secara langsung, Tapi ide dan gagasannya sampai ke saya, dan saya
mengapresiasi secara positif.
Apakah hanya karena buletin Anda terpengaruhi?
Oh,tidak.
Unsur lain ialah para relawan baik partai maupun non partai yang mengusung Fuad
dan Andoyo. Mereka terdiri dari orang-orang cerdas dan baik dan memiliki
komitmen kerakyatan, keumatan untuk Temanggung yang lebih baik. Dan sejauh ini
Fuad memang memiliki potensi untuk melakukan perbaikan di temanggung.
Saya lihat tadi anda membawa buletin Sang Pelopor.
Gambarnya menarik, agak tebal dan banyak sekali muatan yang asyik dibaca di
situ. Saya menyempatkan membaca sedikit seakan-akan itu bukan dari temanggung
hahaha….
Asli Temanggung
lho. Ya inilah salahsatu hal yang bagus. Mas Dimas perlu tahu, bahwa literasi
atau tulisan semacam ini sebenarnya yang membedakan antara mereka yang beradab
dan jahiliyah lho…
Kok bisa? Bagaimana itu penjelasannya?
Gini. Dulu
sejarahnya, masyarakat Arab belum punya kitab, atau tulisan dari wahyu Alllah.
Kemudian datanglah kitab. Kitab itu wujudnya qira’ah, atau bacaan yang kita
ketahui sampai sekarang ini. Nah, masyarakat pra-kitabiah itu disebut
masyarakat jahiliyah, adapun yang sudah memiliki kitab, disebut masyarakat
bertamadun, atau berperadaban.
Apa Artinya?
Ya itu,
kandidat yang menyebarkan pesan-pesan bijaknya melalui tulisan, itu lebih
beradab, atau lebih maju daripada yang tidak. Hehe…
Alasan yang rasional. Kembali ke masalah kiai, apakah
mereka bisa bersikap seperti itu?
Ini yang jadi
masalah. Para kiai selalu berbeda. Meminjam istilah Gus Mus, budawayan itu,
kalau tidak berbeda bukan kiai namanya….haha..dan lebih dari itu, warga NU itu
sering bingung karena perbedaan kiai….haha..
Lalu harus bagaimana?
Ya, nikmati
saja. Kan kita sudah biasa bingung. Nanti toh pada akhirnya akan mengerucut
pada pilihan juga. Tidak usah kagetan dengan itu…haha..
Ngomong-ngomong menurut Anda, para kiai NU itu
harus kemana dalam memberikan dukungan?
Ya, sebaiknya
sih ke satu tempat saja. Sebab tidak mungkin mendukung beberapa kandidat
sekaligus, nanti dianggap kanan kiri oke. Kayak dono kasino indro nanti…..hehe.
Enggak. Maksud saya, apakah harus ke
Fuad Hidayat?
Kalau kiai non
NU mungkin bisa memilih kandidat non NU, tapi yang NU, dengan memiliki Fuad
Hidayat sebenarnya tidak masuk akal kalau tidak mendukungnya.
Kenapa bisa begitu?
Ya sekarang
begini. Warga Nu bagaimanpun juga memiliki kebutuhan pemimpin dari NU, sama
seperti warga Muhamadiyah yang juga punya kebutuhan. Itu alasan logis dan wajar
ya. Nah, sekarang ini kandidat dari NU adalah Fuad hidayat, kandidat bupati,
bukan wakil. Artinya kalau Fuad menang, warga NU punya bupati. Dan bukan
sembarang bupati lho…
Bisa diperjelas?
Begini, Fuad
itu kandidat dari NU, tapi bukan hanya alasan ke-NUan yang perlu diapreiasi,
melainkan karena beberapa hal. 1) intelektualitasnya, 2) semangat pembaruannya,
3) komitmen politik untuk rakyat 4) menjadi solusi untuk regenerasi dari
pemimpin tua ke arah pemimpin muda. Jadi kurang apa lagi?
Kalau mendengar jawaban Anda tersebut, maka bukan
NU lagi dong yang jadi alasan….
Ya iya, memang
harus begitu. NU itu kan bukan partai politik, juga bukan tim sukses kandidat.
Ia adalah organisasi sekaligus jamaah. Secara struktur organisasi mungkin
pengurusnya ke kandidat A, tapi jamaah bisa saja memilih kandidat lain. Nah,
saya tambahkan, kiai NU itu sebenarnya secara umum bukan kiai struktural di
kepengurusan NU. Hanya sedikit kiai Nu yang jadi pengurus. Selebihnya pemimpin
pesantren, dan pesantren itu diurus oleh kiai bukan diurus NU. Karena itulah
kekuatan jamaah ada pada kiai.
Artinya kiai memang memiliki peranan strategis dalam mengarahkan jamaah?
Ya,
kalau memang mau mengarahkan. Tapi kan kita tahu. Ada kiai yang hanya mendukung
dalam bentuk doa, dukung dalam restu saja, dukung dalam pengertian terbatas,
dan sedikit kiai yang mendukung secara serius.Kita bisa memaklumi hal itu
karena alasan tertentu.
Bagaimana dukungan kiai pada Fuad Hidayat?
Saya kira
sebagian besar memang sadar bahwa Fuad merupakan sosok penting. Mau alasan
keNU-an atau tidak, Fuad memang layak didukung. Dan memang agak lucu kalau
warga Nu, terutama kiainya tidak ke Fuad Hidayat.
Kenapa lucu?
Lho, para
relawan, muda-muda, cantik-cantik, pinter-pinter, mahasiswi dan kebanyakan
bukan NU saja sadar mendukung Fuad. Kenapa yang NU tidak?
Wah, ini yang penting dijadikan alasan barangkali?
Ya, tapi
sebaik-baiknya alasan mendukung memang bukan karena golongan.Sekali lagi, NU
bukan tim sukses. Tapi ini kita bicara soal partisipasi publik. Saya sendiri
mendukung Fuad bukan karena alasan NU,melainkan karena alasan pertimbangan yang
tadi saya sampaikan.
Apakah Fuad juga memiliki kepedulian pada
pertanian yang nota-bene menjadi profesi mayoritas warga NU?
Oh, kalau itu
jangan ditanya. Saya juga mendukung Fuad karena program agribisnisnya. Apalagi
di Pingit ini agribisnis sudah bagus, tapi harus dijadikan gerakan lebih maju.
Dengan majunya agribisnis di pingit, market Temanggung akan lebih bagus karena
bisa menjadi pasar terdekat dari daerah kranggan, temanggung, kaloran, dan
sekitarnya.
Pesan Anda untuk warga Temanggung.
Mari jadikan
pilkada ini sebagai sesuatu yang baik. Saya sangat berharap agar warga, baik NU
maupun non NU memiliki kejernihan membaca pilihan. Fuad Andoyo selain sudah
menunjukkan kekuatan dukungannya untuk menuju kemenangan, juga memang paling
pas untuk saat ini. Tapi kita semua harus menjadikan pilkada ini sebagai
kegiatan yang positif. Jangan konflik dan jangan ada kekerasan. Perbedaan tetap
merupakan rahmat.[]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar